coretan dari : daraprayoga@yahoo.com
Gue bisa dibilang orang yang jarang sekali mendapatkan hal-hal yang menjadi keinginan utama gue. Contohnya, pengen kuliah di universitas negeri malah dapet di swasta, pengen Nike Hyperdunk malah dapet yang KW. Semua yang terjadi sama gue terbukti bukan sekedar ketidakmampuan, kesialan, ataupun kekecewaan, karena selalu ada hikmah dibalik semuanya yang bukan hanya ungkapan omong kosong. Permasalahan yang paling besar dan mendasar adalah tentang domisili gue. Gue orang yang gak terlalu cinta sama Indonesia, awalnya, sampai gue tahu orang seperti Pandji, Iwan Esjepe, Pangeran Siahaan, Rosi Idan, dan lain-lain. Gue gak pernah berharap jadi orang Indonesia, apalagi tinggal dan tumbuh di Indonesia, gue juga nggak pernah memilih Indonesia. Namun, Indonesia yang memilih gue.
Gue pernah selalu bingung dengan orang-orang Indonesia yang tinggal di luar negeri, mereka merengek berharap pulang ke Indonesia. Gue pikir, “Ngapain pengen balik ke Indonesia? Orang-orang saja ingin cabut dari Indonesia,” awalnya lagi. Kepala sekolah dan guru-guru selalu ngajarin gue untuk cinta sama tanah air, Indonesia. Kenyataanya, memang sulit mencintai negeri yang mendapat predikat terkorup di dunia, memang sulit mencintai negara yang masuk kategori terkotor dan terjorok di dunia, memang sulit mencintai bangsa yang katanya masih “berkembang” ini, dan gue gak tau sampe kapan negara ini berkembang.
Dengan sikap gue seperti ini, nggak cukup cinta dengan Indonesia, dan dengan kisah orang-orang Indonesia di luar negeri yang pengen pulang, gue jadi merasa nggak tau diri. Gue inget sebuah perkataan, bunyinya ‘kalian nggak akan pernah tahu seberapa besar kalian mencintainya sebelum kalian kehilangannya’. Gue rasa ini dia yang terjadi sama orang-orang yang tinggal di luar negeri dan ingin balik ke Indonesia.
Sangat nggak adil kalau kita menduga sesuatu sebelum kita tahu semua tentang sesuatu itu. Seperti Indonesia, gue selama ini sudah menduga macam-macam tentang Indonesia, padahal gue cuma tahu secuil tentang Indonesia, bahkan keluar Jawa bagian barat pun gue belum pernah, selain Yogyakarta. Gue juga belom pernah ke bandara. Gue ingin sekali ke bandara, ingin tahu bandara seperti apa dan ingin merasakan rasanya lari-larian kayak Cinta mengejar Rangga yang mau pergi ke USA.
Orang-orang kayak Pandji, Iwan Esjepe, dan lain-lain, sangat cinta sama Indonesia, padahal dia belum tahu semua tentang Indonesia, dan gue pikir sebagian besar pun belum. Mereka cuma tahu tentang Indonesia lebih dari yang gue tahu.
Gue pernah baca cerita Pangeran Siahaan, cerita tentang pengalaman Pandji ketika mengisi acara Indonesia United di salah satu mal di Senayan. Dia mengajak pengunjung untuk mengangkat tangan mereka dan teriak ‘Indonesia!’ kemudian nyanyiin “Indonesia Raya”, tapi para pengunjung kayak nggak niat melakukannya. Ketika Pandji mau mengibarkan bendera Indonesia di mal tersebut, malah dilarang oleh keamanan setempat. Kenapa Indonesia gak boleh mengibarkan benderanya di tanahnya sendiri? Apa mal itu milik investor asing? Biarpun milik asing, tetap saja didirikan di atas tanah Indonesia. Soal pengunjung, jujur gue juga orang yang nggak berbeda jauh sama mereka. Waktu sekolah, gue ogah-ogahan memberi hormat dan menyanyi “Indonesia Raya” untuk Sang Merah Putih.
*
Waktu itu gue nggak sepenuhnya merasakan “getaran” nyanyian “Indonesia Raya”, sampai beberapa bulan yang lalu, gue nonton DBL. DBL (Development Basketball League) adalah liga bola basket pelajar terbesar di Indonesia. Gue nonton final DBL West Java – West Region antara SMAN 2 Bogor vs SMA Mardi Yuana. Sebelum pertandingan, “Indonesia Raya” dinyanyikan. Semua berdiri, kemudian bernyanyi. Pada saat itulah, gue merasakan gue sangat cinta Indonesia, gue bangga jadi seorang Indonesia, gue hampir meneteskan air mata karena “getaran” yang muncul dalam dada gue. Getaran yang sama ketika gue memikirkan gadis yang selama ini gue puja-puja. Gue tau itu cinta.
Dulu, tahun 1976, Surabaya, salah satu kota besar di Indonesia, tertera di film King Kong. Kalimantan masuk di film Anacondas. Yang terbaru, Antonio Banderas pernah di wawancarai VOA ketika dia di red carpet waktu acara Oscar, katanya nasi goreng adalah hal yang paling dia sukai dari Indonesia. Band asal London, The Incisors, bikin lagu berjudul “Indonesia” dan nasi goreng termasuk di dalamnya. DJ Tiesto juga ngetwit di twitter kalo dia suka sama nasi goreng waktu dia perform di Indonesia. Aktris kulit hitam pemenang Oscar, Mo’Nique, memasukkan Indonesia ke daftar tempat liburannya. Dari situ gue sadar, Indonesia itu berpotensi.
**
Indonesia adalah sebuah negera yang mempunyai banyak sekali suku bangsa. Maka dari itu, konflik sangat rentan terjadi. Di negara yang suku bangsanya sedikit aja masih sering konflik, apa lagi banyak suku bangsa. Konflik biasanya terjadi karena adanya perbedaan yang nggak bisa ditangani dengan baik. Menurut sudut pandang magnet, persamaan membuat saling berjauhan dan perbedaan membuat saling berdekatan. Itulah yang harusnya terjadi sama bangsa Indonesia, berdekatan, bersatu.
sebuah rasa nasionalisme akan terbentuk bila kau tahu dan merasakan perjuangan pahlawan kita walau hanya dari buku. kau pun akan mencoba mengubah indonesia walau hanya dari hal sekecil titik
BalasHapus