waktu 
angin menjawab waktu



Seno berjalan menuju arah kampusnya dengan handset ditelinganya serta molen ditangannya dan dikunyahnya untuk pagi ini. rambutnya mulai memanjang, lurus ditengah badan yang kurus itu. udara yang sangat cerah sangat terasa, membuat ketenangan dalam diri serta kedamaiannya.

tepat pukul 07.00 seno tiba di depan kampusnya dan dikagetkan dengan kedatangan dua orang paruh baya yang menatap senoi dengan dalamnya.

"kamu nak seno?" seno pun mengangguk dengan pertanyaan aneh dari ibu tersebut. lalu, mereka berdua tiba-tiba menangis di depan seno entah apa maksudnya membuta seno bingung.

"ada apa kalian?" kedua manusia paruh baya tersebut menangisi atas kehilangan lia. seno pun bingung dan menannyakan siapa lia tersebut.

"kami mendapatkan info kamu bisa menyelesaikan semuanya dari rico," kembai seno tambah pusing dengan semua pernyataan dari kedua paruh baya ini. seno pun dengan dinginnya berjalan meninggalkan mereka dan kedua paruh baya tersebut pun mengejar seno dan sangat memohon.

"aku hanya manusia biasa," hal biasa yang disebutkan oleh seno. tapi seorang wanita patuh baya itu pun menangis di depan seno yang membuatnya merasakan empati yang cukup dalam sehingga ia menceritakan semua kejadiannya yang sangat banyak kejanggalan dan keanehan.

"kami tidak punya cukup uang untuk melapor ke polisi jadi kami menghubungin anda, tapi pasti kok ada imbalan untuk anda," seno menolak pemberian dari keluarga lia karena berpikir menolong orang yang kesusahan dengan pamrih malah akan menambah beban mereka.

cerita pun dimulai sekitar seminggu yang lalu pada akhir minggu sikap lia berubah, menjadi seorang yang penuh ketakutan dan tidak ada klu lain untuk menemukan lia. hanya selembar foto yang memperjelas bagaimana lia tersebut. langkah seno pun dipercepat menuju kelas dengan sebuah kasus di tangan.

setelah itu, seno terus memandang klu yang ada sebuah catatan bahwa seminggu ini perilaku aneh dari lia dan sebuah foto untuk memperjelas wajah lia. lalu, bagaimana memecahkannya dengan bukti yang minim seperti ini. kesal juga dalam hati seno namun, mungkin mereka sedang kebingungan maka menjadi seperti itu. seno mencoba maklum pada dirinya sendiri.

lalu, seno memutuskan ke kampus psikologi untuk bertemu dengan salah satu temannya bernama jeri. dia adalah mahasiswa psikologi biasa yang menjadi sobat karib.
" nih," seno melemparkan berkas buktinya kepada jeri yang membuat jeri bingung.

"menurut kamu bagaimana kasusnya?" kini jeri memeriksa terlebih dahulu sebentar untuk memastikan.
"kamu harus cek kerumahnya terlebih dahulu?"

seno pun berjalan ke arah alamatnya keluarga lia untuk melakukan intevigasi lebih lanjut, dalam perjalan terpikirkan seseorang yang sangat gemar melakukan hal ini.

seno pun sampai di rumah lia yang tidak terlalu besar dan kecil, penuh ke asrian dan seno sudah dipersilahkan duduk dan disajikan dengan berbagai foto lia dari zaman dahulu hingga sekarang.

"dia?"

Komentar