Meratapi Nasib Bangsa
Saya seekor kucing yang mungkin kata para gadis sangat imut dan lucu serta menggemaskan. kalau dipikir-pikir memang itu benar. "eheemm," sedikit berdehem sebentar karena tadi belum minum. saya disini ingin memprotes tentang keberdaan bangsa kucing liar yang semakin sengsara. bangsa kucing kini terus mengasi makan di sampah untuk mencari makan. ada teman kucing saya punya uang republik kucing masuk ke sebuah restoran malah di usir, bagaimana yang tidak punya uang? maaf saya jadi agak bau karena ada di tong sampah baiklah saya keluar dari sini terlebih dahulu.
terlihat lebih cool kan saya, berjalan di bebatuan dengan memikirkan nasib bangsa kucing yang semakin memburuk. sekarang sudah tidak bau sampah pastinya, sebenarnya kami semua sedang mengumpulkan tenaga untuk melakukan penyerangan agar kami semua lepas dari keadaan ini, tapi nyerang siapa ya?
"huft" pegel juga badan saya setelah hampir seharian ini mengelilingi untukmencari sesuap sampah. sampah loh bukan makanan, apakah tidak ada rumah makan khusus kucing liar agar kami tidak menjadi terlantar seperti ini. untung saja tidak ada undang-undang yang mengusir kucing liar di jalanan seperti pedagang kaki lima sama tukang minta-minta.
saya masih terlihat cool kan. okeh saya mau ngadem dulu di bawah mobil itu, karena tampaknya siang ini benar-benar sangat panas setidaknya panas bagi kami bangsa kucing liar yang sengsara.
okeh, sepertinya saya harus beristirahat terlebih dahulu. kalian ingat saya dan teman-teman perkumpulan bangsa kucing liar akan melakuan demonstrasi besar-besaran di bunderan kepala kucing emas nanti. kami semua menuntut kesejahteraan, dengarkan ya jangan cuma ngupil aja di kantor!
Komentar
Posting Komentar