Berjalan di koridor kampus dekat masjid. Terpampang pamflet-pamflet mengenai penolakan kenaikan harga BBM. saya sekilas melihat salah satu dari pamflet itu yang mengatakan bahwa Indonesia adalah negara di posisi ketiga yang paling banyak menghasilkan minyak. Jadi, mahasiswa yang sudah mencapai titik "maha" dalam bidang siswanya itu beropini seharusnya harga minyak dunia tidak mempengaruhi Indonesia yang kaya akan minyak ini.
Mereka sungguh tak mengertikah kalau minyak yang dihasilkan oleh Indonesia itu dominan dikuasai asing. Kalau dikuasai asing, mau sebesar apapun yang dihasilkan kalau dimiliki asing bagaikan rumah sewa, tidak memiliki seutuhnya.
"Maha"siswa ini pun bergerak tanpa otak. Mereka memblokir jalan, memberhentikan truk tangki bensin bahkan truk minuman bersoda pun juga dihentikan dan di bakar. Kalau mereka melakukan itu, bukan solusi yang lahir tapi berbagai masalah yang diterima masyarakat karena aksi "tanpa otak" dari para mahasiswa ini.
Apa maknanya mereka menghentikan truk tangkin bensin, Apakah mereka tidak tahu nantinya si supir akan bermasalah karena terlambat melakukan pengiriman. Parahnya lagi pembakaran truk. Perilaku seperti itu jelas tambah menyusahkan rakyat. Coba gunakanlah sedikit otakmu wahai sang "Maha"siswa.
Kalau mau anarkis, lakukanlah dengan berkumpul mahasiswa seluruh Indonesia di gedung DPR atau Istana Negara. Buat sang presiden dan antek-anteknya gemetar atas pergerakan besar-besaran yang dilakukan oleh "maha"siswa atau cari bukti kuat bahwa kalau pemerintah tidak menaikkan BBM tidak akan menjadi masalah buat APBN Indonesia.
Lalu, kalau mau melakukan aksi yang keras, janganlah aksi yang menyusahkan masyarakat. Masyarakat sudah disusahkan sama pemerintah terutama SBY selama delapan tahun belakangan ini. Jadi, janganlah melengkapi kesengsaraan masyarakat. Kalau mau bakar presiden langsung, pasti langsung ramai atau kalau tidak mampu bakar para antek-antek presiden ini. Tampaknya itu lebih efektif daripada memblokir jalan yang akan menyusahkan masyarakat luas.
Truk pembawa minuman bersoda di bakar oleh mahasiswa di makassar. tindakan ini cukup memalukan, "maha"siswa seperti bergerak tanpa otak. |
"Maha"siswa ini pun bergerak tanpa otak. Mereka memblokir jalan, memberhentikan truk tangki bensin bahkan truk minuman bersoda pun juga dihentikan dan di bakar. Kalau mereka melakukan itu, bukan solusi yang lahir tapi berbagai masalah yang diterima masyarakat karena aksi "tanpa otak" dari para mahasiswa ini.
Apa maknanya mereka menghentikan truk tangkin bensin, Apakah mereka tidak tahu nantinya si supir akan bermasalah karena terlambat melakukan pengiriman. Parahnya lagi pembakaran truk. Perilaku seperti itu jelas tambah menyusahkan rakyat. Coba gunakanlah sedikit otakmu wahai sang "Maha"siswa.
Kalau mau anarkis, lakukanlah dengan berkumpul mahasiswa seluruh Indonesia di gedung DPR atau Istana Negara. Buat sang presiden dan antek-anteknya gemetar atas pergerakan besar-besaran yang dilakukan oleh "maha"siswa atau cari bukti kuat bahwa kalau pemerintah tidak menaikkan BBM tidak akan menjadi masalah buat APBN Indonesia.
Lalu, kalau mau melakukan aksi yang keras, janganlah aksi yang menyusahkan masyarakat. Masyarakat sudah disusahkan sama pemerintah terutama SBY selama delapan tahun belakangan ini. Jadi, janganlah melengkapi kesengsaraan masyarakat. Kalau mau bakar presiden langsung, pasti langsung ramai atau kalau tidak mampu bakar para antek-antek presiden ini. Tampaknya itu lebih efektif daripada memblokir jalan yang akan menyusahkan masyarakat luas.
Komentar
Posting Komentar