Trotoar daerah Istana Negara, Jalan Merdeka Selatan, Jakarta, tertata rapi dan ideal untuk digunakan para pejalan kaki. Namun, sayang salah satu trotoar yang layak untuk para pejalan kaki ini tidak boleh dilewati oleh para pejalan kaki. Selain itu, beberapa trotoar yang layak di Ibukota untuk para pejalan kaki selalu ada penghalangnya. Dari Pot bunga yang besar-besar menutupi trotoar tersebut sampai pedagang kaki lima yang menjadikannya rumah kedua mereka.
Melihat hal tersebut, tidak salah kalau masyarakat Indonesia memilih menggunakan kendaraan pribadi daripada kendaraan umum. Selain kendaraan umumnya yang tidak nyaman, fasilitas seperti pejalan kakinya pun pemerintah pusat dan daerah seperti menatapnya dengan sebelah mata. Namun, karena jumlah penggunaan kendaraan pribadi meningkat sehingga menimbulkan kepadatan di lalulintas. Lalu, pengendara bermotor pun banyak memanfaatkan trotoar untuk melewati kemacetan yang membahana di Indonesia.
Lalu, apakah hak bagi pejalan kaki di Indonesia sudah hilang? Apakah pejalan kaki sudah terhapus dari kamus penduduk Indonesia? Lalu, bagaimana dengan tindakan pemerintah daerah masing-masing di Indonesia tentang nasib pejalan kaki ini? Tampaknya pemimpin-pemimpin yang ada di Indonesia ini sekarang lebih pusing mengurus partainya dan berbagai hal yang bisa meningkatkan citra mereka. Mungkin bagi mereka pejalan kaki hanyalah elemen tidak penting dari negara ini, atau mungkin sudah terlupakan. Berhubung mereka (pemimpin negeri ibu pertiwi ini) mungkin sudah lama tidak bertemu dengan trotoar dan pedagang kaki lima yang sering meramaikan trotoar karena sudah berjibaku dengan mobil buatan eropa yang harganya selangit.
Melihat hal tersebut, tidak salah kalau masyarakat Indonesia memilih menggunakan kendaraan pribadi daripada kendaraan umum. Selain kendaraan umumnya yang tidak nyaman, fasilitas seperti pejalan kakinya pun pemerintah pusat dan daerah seperti menatapnya dengan sebelah mata. Namun, karena jumlah penggunaan kendaraan pribadi meningkat sehingga menimbulkan kepadatan di lalulintas. Lalu, pengendara bermotor pun banyak memanfaatkan trotoar untuk melewati kemacetan yang membahana di Indonesia.
Motor menikmati trotar seperti jalan raya padahal trotar adalah areanya para pejalan kaki |
Lalu, apakah hak bagi pejalan kaki di Indonesia sudah hilang? Apakah pejalan kaki sudah terhapus dari kamus penduduk Indonesia? Lalu, bagaimana dengan tindakan pemerintah daerah masing-masing di Indonesia tentang nasib pejalan kaki ini? Tampaknya pemimpin-pemimpin yang ada di Indonesia ini sekarang lebih pusing mengurus partainya dan berbagai hal yang bisa meningkatkan citra mereka. Mungkin bagi mereka pejalan kaki hanyalah elemen tidak penting dari negara ini, atau mungkin sudah terlupakan. Berhubung mereka (pemimpin negeri ibu pertiwi ini) mungkin sudah lama tidak bertemu dengan trotoar dan pedagang kaki lima yang sering meramaikan trotoar karena sudah berjibaku dengan mobil buatan eropa yang harganya selangit.
Komentar
Posting Komentar