Trem Listrik yang pernah menjadi sarana transportasi andalan DKI Jakarta |
Transportasi Jakarta saat ini memang masih belum bisa memanjakan penumpangnya. TransJakarta sebagai alat transportasi baru di awal tahun 2000an masih belum membuat nyaman warga ibukota. Hal tersebut karena armada yang terbatas dan perawatan bus yang minim. Perawatan yang minim tersebut terlihat dari pintu otomatis bus yang terkadang macet. Baut penopang pegangan penumpang berdiri sudah ada yang lepas dan pendingin ruangan bus yang sudah tak terasa dingin serta beberapa fasilitas yang sudah terlihat tak layak pakai.
KA Commuter Jabodetabek pun belum sepenuhnya sempurna, sementara Kopaja AC yang merupakan evolusi dari Kopaja reguler masih berarmada sedikit. Mass Rapid Transit (MRT) yang masih dalam tahap perencanaan pembangunan juga akan meramaikan transportasi umum di Jakarta. Tapi, jauh bertahun-tahun lalu, Jakarta pun punya transportasi umum yang kini sudah menjadi kenangan. Beberapa diantaranya adalah Trem dan Bus Tingkat.
Trem pada awalnya mulai ada di Jakarta pada masa kolonial Belanda sekitar 1800-an , saat itu trem pertama yang ada di Indonesia adalah trem kuda, yaitu trem yang ditarik dengan kuda. Sistem dari trem kuda ini adalah berhenti di setiap halte-halte yang sudah ditentukan. Namun, sistemnya lebih fleksibel dengan penumpang boleh naik dan turun di tengah perjalanan.
Namun, Trem kuda ini tersingkirkan setelah hadirnya trem Uap. Selain itu, menurut Jakarta.go.id trem kuda tidak digunakan lagi karena pajak kuda yang tinggi serta banyak kuda yang mati karena terlalu di eksploitasi. Selain itu, manajemen trem yang buruk juga memperburuk sistem transportasi umum ini.
Namun, hadirnya Trem Uap yang saat itu dianggap alat transportasi umum modern tidak berumur panjang. Pasalnya, ketika hujan turun, Trem Uap ini mogok, selain itu Trem Uap ini sempat dijuluki, "Pembunuh Terbesar yang Berkeliaran di Kota Betawi."
Pada awal 1900-an, Trem listrik hadir mengantikan uap dan alat transportasi ini berumur lebih lama. Sampai tahun 1959, Trem listrik menjadi kenangan warga Jakarta. Berhentinya beroperasi Trem terkait kendala dana untuk meremajakan dan merawat Trem dan peralatan-peralatan yang mendukungnya. Selain itu, pengoperasian yang cukup sulit juga menjadi kendala untuk melanjutkan alat transportasi tersebut.
Bus Tingkat
Sekitar tahun 1980-an - 1990-an bus lapis dua (Double Decker) hadir menjadi salah satu transportasi umum Jakarta. Jumlah yang bisa mencapai dua kali lipat menjadi keunggulan bus ini dari bus biasanya. Namun, sayangnya umur bus tingkat ini tak bertahan lama.
Beberapa faktor yang menyebabkan bus tingkat ini tidak beroperasi lagi adalah tidak stabil, karena posisi beratnya tinggi. Sehingga tidak bisa melewati jalur menanjak, saat itu jalan layang di Jakarta semakin bertambah dan bus tingkat tidak bisa melewati jalur tersebut.
Selain tidak bisa melewati jalan layang, laju bus ini pun amat lambat karena bebannya yang berat. Sehingga waktu tempuh penumpang pun semakin lambat dan perkembangan zaman yang membutuhkan kecepatan dalam setiap kegaiatan tidak bisa diakomodir oleh bus ini.
Alasan bus tingkat dihapuskan sebagai sarana transportasi umum di ibukota adalah suku cadang yang sulit dicari dan harganya mahal. Suku cadang pun harus diimpor. Kemudian, kenyamanan bus tingkat masih di bawah standar sehingga akhirnya bus tingkat menjadi legenda transportasi ibukota. Pengganti dari bus tingkat sendiri adalah bus gandeng yang terdiri dari dua bus yang bergandengan. Setelah pada awal 2000an bus PPD yang menggunakan bus gandeng. Kini, TransJakarta pun juga menggunakan armada bus gandeng yang bisa memuat lebih banyak dari bus biasanya.
Komentar
Posting Komentar