Persaingan
Hypermarket di kota Bandung semakin
ketat, berbagai cara promosi dari memberikan diskon sampai bonus barang
dilakukan untuk menarik warga Bandung. Persaingan juga berlanjut di media
massa. Iklan gencar memperkenalkan promosi yang dilakukan pasar modern. Tapi,
apakah itu berpengaruh dengan warga Bandung untuk meningkatkan intesitas
berbelanjanya?
“Berbagai
produk yang diberikan harga promosi itu pasti terkadang ada cacatnya atau
kurang bagus kualitasnya,sehingga ada rasa menyesal untuk mengincar barang
tidak bermerek yang sedang promo,” Ujar Ria Arifianti (38) di ruang dosen
Fakultas Ilmu Sosial dan Pemerintahan, Universitas Padjadjaran, Bukit Dago,
Bandung.
Masalah
ini pun dituangkan Ria dalam disertasinya yang berjudul Motivasi Hedonic Shopping dan
Dampaknya Pada Impulse Buying Atas
Terpaan Kinerja Promosi Penjualan dan Atribut Hypermarket. Disertasi yang
membawanya menjadi doktor pada 12 Agustus 2011 silam mengisahkan hubungan
antara konsumen Hypermarket yang
hanya menikmati suasana berbelanja dengan kinerja promosi dari Hypermarket di Bandung membentuk
keinginan membeli tanpa terencana oleh konsumen tersebut.
Promosi
besar-besaran yang dilakukan pasar modern di berbagai media massa ternyata
tidak begitu mempengaruhi khalayak media massa tersebut untuk membeli produk
promosi tersebut. Alasannya menurut Ria yang sudah melakukan survey di berbagai
Hypermarket di kota Bandung karena
promosi yang dilakukan media massa cepat habis masa berlakunya, sehingga
konsumen malas untuk berburu barang promosi tersebut.
Hal
ini dilanjutkan Tina (46), Warga Bandung yang suka berbelanja di Hypermarket mengatakan, “ saya jarang
melihat promosi barang di surat kabar atau televisi karena saya nggak tiap hari belanja di sana, terus palingan yang di media massa
jangka waktu promosinya juga nggak
lama, jadi palingan pas saya belanja
lagi promosinya juga sudah nggak ada .”
Lalu,
menurut Ria, kejadian yang terjadi pada Tina sebagai pelanggan Hypermarket ini adalah hal wajar.
Perempuan yang mempunya sepasang anak tersebut jarang melihat promosi di media
massa karena ia memilih menikmati suasana berbelanja di Hypermarket ketimbang mengejar produk promosi yang di
gembar-gemborkan media massa. Karena ia lebih mementingkan kenyamanannya
berbelanja daripada mengejar mati-matian harga promosi yang paling hanya
beberapa hari itu.
“Belakangan
ini warga Bandung pun sudah berkembang gaya hidupnya. Karena tersedianya banyak
fasilitas berbelanja di Kota kembang ini membuat warganya mempunyai gaya hidup
untuk menikmati suasana berbelanja, walaupun terkadang tidak membeli apa-apa,
tindakan ini juga sebagai alat untuk mengaktualisasi dirinya,” Ujar perempuan
yang juga dosen di Jurusan Administrasi Niaga, Universitas Padjadjaran.
Tindakan
dalam aktualisasi dengan menikmati suasana belanja termasuk salah satu
kebutuhan dalam dinamika proses motivasi kebutuhan. Lalu, aktualisasi berupa
pengalaman dengan menikmati suasana merupakan sebuah kebutuhan yang dilandasi
emosional. Sehingga terkadang dari aktivitas melihat-lihat di tempat
perbelanjaan jadi membeli sebuah produk
yang tampak menarik. Pembelian produk tanpa direncanakan ini disebut Impulse Buying.
“Faktor
utama yang membentuk Impulse Buying adalah
aktualisasi diri, pengalaman suasana berbelanja dengan hanya melihat-lihat
barang yang dilihat menarik, faktor keduanya baru pengaruh promosi dari pusat
perbelanjaan bersangkutan,” ujar Perempuan yang juga pernah menjadi dosen di
ilmu pemerintahan UNLA Bandung ini.
Ria
mengaku ia mematahkan sebuah asumsi umum yang mengatakan bahwa promosi
mempengaruhi konsumen untuk membeli. Namun, nyatanya setelah ia melakukan
survey ke berbagai Hypermarket ,
promosi gencar di media massa tidak menarik konsumen untuk membeli produk
tersebut. Konsumen lebih memilih datang langsung dan melihat produk yang
membuatnya tertarik.
Namun,
tidak semua konsumen Hypermarket Bandung
tidak memperhatikan promosi di media massa. Deny (31) , Pegawai salah satu
perusahaan swasta mengatakan, “Saya lebih dominan melihat promosi tempat
berbelanja ini dari televisi.”
Lalu,
ketika ditanya apakah tertarik membeli produk promosi itu atau tidak, deny
menjawab, “Tergantung, walaupun saya tertarik tapi bila saat saya ke sini lagi
sudah habis masa berlakunya, mau bagaimana lagi.”
Ria
sedikit menambahkan bahwa warga Bandung khususnya tidak tertarik dengan promosi
besar-besaran lewat media massa atau baligho. Mereka lebih tertarik datang
langsung dan melihat produk yang menarik perhatiannya lalu membelinya. ***
Komentar
Posting Komentar