Wahidin Halim, si 'banci' sambutan se-seantero kota Tangerang yang sambutannya lebih lama daripada khotbah Sholat IED |
Saya masih ingat, kejadian saat sholat ied Idul Adha bulan kemarin. Kekonyolan tingkah manusia Indonesia kembali saya lihat tanpa sengaja. Walikota yang bernama Wahidin Halim menyebar surat yang berisi kata sambutan ke seluruh masjid yang ada di Kotamadya Tangerang. Mungkin adalah hal biasa di negara ini bila hal sekecil apapun yang bisa dibuat jadi alat pencitraan yang di maksimalkan. Tapi, ini sungguh konyol memanfaatkan momen sholat Ied untuk pencitraan.
Saat itu, saya sudah berusaha telat datang ke masjid karena malas mendengarkan informasi-informasi 'ria' dan sambutan walikota yang konyol itu. Tapi apa daya, ternyata terpaksa datang lebih awal ke masjid. Benar saja ramalan saya, surat sambutan yang selalu tersebar bila sholat Ied baik idul fitri maupun idul adha pun dibacakan. Isinya, sungguh konyol, Si walikota bercerita tentang kesuksesan ia membangun rumah sakit dan memberikan pengobatan gratis kepada warganya. Dalam hati, "ini walikota ria atau mau pencitraan ya," pasalnya sambutan yang amat tidak penting itu menghabiskan waktu lebih lama dari khotbah sholat Ied maupun sholat jumat. Hati pun menggerutu, "saya ke mesjid bukan dengar sambutan sampah tidak langsung dari walikota, tapi mau beribadah!" Akhirnya, sambil ustadz yang membacakan sambutan dari walikota dengan bangga itu saya pun memilih bermain di jejaring sosial.
Budaya sambutan tidak penting juga sering dilakukan oleh sekelompok orang (pejabat pastinya). Macam di pertandingan sepakbola atau olahraga lainnya yang dimainkan di Indonesia. Pasti ada saja sambutan-sambutan yang tidak penting dan menghabiskan waktu sia-sia. Alih-alih mendapatkan pandangan baik dari yang melihat, malah lebih enak mencacinya dengan kata-kata kotor. Terakhir yang salah liat adalah sambutan dari Bernhard Limbong selaku pengurus PSSI dan Din Syamsudin yang tidak jelas tiba-tiba muncul dalam pertandingan persahabatan Indonesia vs Kamerun tadi. Entah apa keuntungan kehadiran dua orang tersebut, setidak jelasnya sambutan, mungkin kehadiran Bernhard Limbong masih tidak begitu konyol karena ia salah satu pengurus PSSI. Nah, Din Syamsudin ini siapa dalam dunia sepakbola Indonesia? kalau bukan siapa-siapa untuk apa dia memberikan sambutan? mending ketua kelompok suporter yang memberikan sambutan.
Saya pun menilai, orang yang gila menyebarkan atau memberikan sambutan dan bisa disebut 'banci' sambutan bisa disamakan dengan orang yang 'banci' tampil. Mereka berburu ingin tampil di depan orang banyak dan media massa demi sebuah eksistensi dan pencitraan. Apakah budaya seperti ini pantas terus dilestarikan hingga dunia kiamat nanti? ya itu hanya bisa dijawab oleh para generasi muda yang akan menjadi pemimpin nanti, apakah akan menjadi orang yang 'banci' sambutan atau tidak.
Komentar
Posting Komentar