Pemuda, bergelora, pemikirannya liar, selalu mencoba hal asing, sok tahu dan sok idealis. Mungkin itu pikiran orang tua atau kebanyakan orang tentang pemuda. Sumpah pemuda, pada tahun 1928, berkumpul untuk bersatu menjadi satu Indonesia. Sejauh yang saya pelajari dalam mata pelajaran di sekolah yang konon sudah di malpraktik-an oleh rezim 32 tahun dan terus berlanjut walau kini sudah bebas dari rezim tersebut. Selain itu, saya pun melirik-lirik sumber lain mengenai kisah sejarah sumpah pemuda. Saat itu, tujuan sumpah pemuda adalah menyatukan para pemuda dari pelosok daerah di Hindia-Belanda dan bersatu menjadi satu Indonesia untuk melawan penjajahan saat itu.
Perjalanan kini berlanjut ke abad 21, tepatnya tahun 2012, ya mungkin tahun tersebut bukan awalnya lahir gerakan pemuda generasi terbaru. 2012 lebih terkenal tahun yang dikira bakal menjadi akhir dunia. Tapi, dari pengamatan saya di dunia sosial media, perkembangan gerakan pemuda semakin ramai di tahun ini. Mungkin, akan meningkat lagi nanti di tahun berikutnya. Lalu, apakah itu pertanda baik atau malah buruk?
Pemuda sekarang rajin melakukan aksi, membawa nama komunitas yang baru terbentuk atau memang sudah lama terbentuk. Berteriak, melakukan senam aerobik bersama (bahasa yang akan selalu saya gunakan menyebut flashmob adalah senam aerobik). Tapi, dari banyak gerakan pemuda dengan membawa komunitasnya masing-masing, sejauh pandangan saya hanya satu atau dua komunitas saja yang benar-benar mempunyai tujuan untuk kepentingan umum bangsa Indonesia.
Saya tidak bisa menyebutkan gerakan pemuda mana saja yang menurut pandangan sebagai awam di 'dunia yang mengejar eksistensi' tersebut karena takut promosi gratis. Dunia mengejar eksistensi, itu kalimat yang akan selalu saya sebutkan pada gerakan pemuda yang tak punya tujuan untuk kepentingan umum. Mengapa dunia mengejar eksistensi? karena jelas sekali gerakan pemuda dari komunitas-komunitas yang tidak mempunyai tujuan jelas itu hanya ingin promo komunitasnya agar dikenal khalayak luas. Mereka membuat sensasi, kehebohan, mengumpulkan masa yang banyak dengan embel-embel gerakan pemuda, tapi tujuannya tidak ada sama sekali. Hanya meletakkan kata 'Orasi' tapi tidak jelas tema apa yang akan diorasikan.
Pernah, saya berceloteh kepada salah satu komunitas yang membawa nama gerakan pemuda. Ketika saya beri tanggapan terhadap aksi mereka yang hanya mengejar eksistensi tak memberi dampak positif kepada negeri ini atau individu yang ada di dalamnya. Komunitas itu membalikkan kepada saya dengan sebuah pertanyaan, "Apakah Anda sebagai pemuda sudah melakukan aksi nyata untuk melakukan perubahan?" Dengan polosnya, saya pun menjawab cepat, "Ya, saya hanya melakukan hal kecil dengan membuang sampah pada tempatnya, mematuhi rambu lalulintas, tak menghormati rektor dan presiden yang tak layak mimpin tersebut, hanya itu saja sih, tak sehebat kalian yang sudah me-nusantara eksistensinya bersama komunitas kalian, ya walau belum ada perubahan signifikan."
Dialog pun berakhir, komunitas tersebut tak pernah lagi menyapa saya sebagai pemuda awam yang tak suka eksistensi tanpa tujuan. Saya pun berpikir, mungkin ini efek dari pemimpin negara yang tukang pencitraan, jadinya aksi pemuda pun penuh dengan pencitraan agar terlihat hebat tapi dalamnya nol besar.
Gerakan pemuda saat ini tak perlu mengusung tema mengumpulkan satu Indonesia untuk menjadikan satu Indonesia lagi. Itu adalah tema basi, karena Indonesia pun kini sudah bersatu walaupun ada beberapa perpecahan diantaranya OPM maupun NII. Tema yang diusung para pemuda sekarang untuk perubahan adalah mengubah sikap kebiasaan yang sudah menjadi budaya dan moral bangsa yang sudah menyimpang. Contohnya, banyak warga Jakarta kesal dengan banjir yang wajib datang setiap tahunnya, tapi ketika musim kemarau, mereka senang sekali membuang sampah di sungai atau selokan. Ada pula contoh, mereka marah atas kemacetan Jakarta yang semakin menjadi-jadi, tapi masih saja menggunakan kendaraan pribadi kemana-mana. Bahkan, dalam satu keluarga yang berisi empat orang punya empat kendaraan pribadi.
Dua hal tersebut adalah hal kecil, namun dari hal kecil itu berujung menjadi hal besar yang berlarut-larut. Sama seperti korupsi, awalnya hal kecil, menggunakan uang lebih dari anggaran selama setahun, menyelewengkannya tidak berasa namun ternyata itu mengandung zat adiktif yang membuat ketagihan. Hal kecil itu pun berubah menjadi masalah besar yang berlarut-larut. Itulah yang harus dipikirkan pemuda, untuk mengubah negeri yang konon katanya surga dunia tapi dulu ini bisa menjadi lebih baik. Pemuda bukannya berburu eksistensi dengan beramai-ramai berkumpul tanpa tujuan, hanya berteriak tidak jelas tanpa arahan mau menyerang kubu yang mana. Masa muda adalah masa menggila yang bebas meng-isme ria sebelum tiba saatnya menjadi tua dan penuh dengan beban hingga melupakan -isme yang sudah dirintis.
Komentar
Posting Komentar