Malam amat dingin, hingga membekukan sepuluh sendiku
Meja penghangat dan teh hangat tak cukup untuk memusnahkannya
Asap misterius itu masuk dan semakin dingin saja rasanya
Kini seribu persendianku membeku
Sungguh terlalu, tak bisa aku menuju tepi laut
Kata seorang teman di sana hangat
Polosnya, aku percaya ujarnya tiga jam lalu
Dua selimut sudah membekap tapi si dingin tetap mencuri persendianku
Tak pernah diotakku tersirat bahwa diri ini pembenci dingin
Sejak aku tak bisa ke tepi laut, samar-samar mulai terpikirkan
Tepi laut kini sudah usang dan bukan harapan lagi
Terbitnya matahari kini menjadi sesuatu yang kunanti
Jam weker menunjukkan pukul tujuh pagi
Sedikit membuka gorden, semua masih gelap
Sedikit-sedikit petir menampakkan dirinya
Suasana dingin terus membekap, harapan itu kosong
Meja penghangat dan teh hangat tak cukup untuk memusnahkannya
Asap misterius itu masuk dan semakin dingin saja rasanya
Kini seribu persendianku membeku
Sungguh terlalu, tak bisa aku menuju tepi laut
Kata seorang teman di sana hangat
Polosnya, aku percaya ujarnya tiga jam lalu
Dua selimut sudah membekap tapi si dingin tetap mencuri persendianku
Tak pernah diotakku tersirat bahwa diri ini pembenci dingin
Sejak aku tak bisa ke tepi laut, samar-samar mulai terpikirkan
Tepi laut kini sudah usang dan bukan harapan lagi
Terbitnya matahari kini menjadi sesuatu yang kunanti
Jam weker menunjukkan pukul tujuh pagi
Sedikit membuka gorden, semua masih gelap
Sedikit-sedikit petir menampakkan dirinya
Suasana dingin terus membekap, harapan itu kosong
Komentar
Posting Komentar