Banjir yang terjadi di jakarta pada dasarnya disebabkan oleh pengelolaan air yang buruk. Pemerintah pusat dan daerah menjadi subjek pertama yang berperan dalam pengelolaan air di jakarta ini. Kedua, kesadaran masyarakat dalam mengelola air juga turut berperan.
“Dalam membuat teknologi untuk mengatasi banjir sebenarnya tidak hanya melihat dari biaya keseluruhan. Tapi lihat jangka panjang dari kegunaan teknologi tersebut, lebih banyak merugikannya atau menguntungkannya,”ujar Firdaus Ali direktur Indonesia Water Institut.
Firdaus pun membandingkan kalau membangun waduk besar di daerah cisarua untuk menampung air di sana dengan membangun deep tunnel. Dalam pembangunan waduk, banyak kesulitan yang dihadapi. Walaupun memang secara biaya lebih murah daripada membuat terowongan bawah tanah multifungsi. Waduk tersebut bisa menjadi penampungan air di kala hujan dan menjadi cadangan air di kala musim kemarau.
Namun, kesulitannya adalah dalam proses pembangunan, biaya untuk membuat waduk yang luas dan dalam hanya membutuhkan biaya sekitar 17 triliunan rupiah. Kesulitannya adalah pembebasan lahan yang akan dijadikan waduk tersebut. Sehingga kerugian lebih banyak di dapatkan daripada keuntungan.
Sementara itu, deep tunnel menjadi pilihan Firdaus karena lebih menguntungkan daripada kerugiannya. Itu terlihat dari fungsinya yang bisa mencakup program-program lainnya seperti jalan tol dalam tanah, transportasi massa dalam tanah, pengelolaan limbah, penampungan air dan penyimpanan kabel-kabel kota.
Walaupun deep tunnel mempunyai biaya lebih tinggi dari pembuatan waduk yaitu sekitar 38 Triliun. Tapi di dalam deep tunnel ini bisa berjalan program-program dari gurbenur jakarta yang baru, seperti jalan tol dan transportasi umum.
Deep tunnel pun tidak perlu pembebasan lahan karena semuanya dilakukan di dalam tanah. Bukan membangun di atas tanah. Ruas tol pun bisa dibuat di dalam tanah, sehingga tidak memakan lahan yang luas. Lalu, pengelolaan limbah menjadi salah satu hal yang cukup penting di sini.
Pasca banjir kemarin, PAM Jaya daerah Banjir Kanal Barat (BKB) sempat tidak mendapatkan pasokan air setetes pun. Karena air di daerah BKB terkena tumpahan solar, di sinilah kegunaannya deep tunnel sebagai tempat cadangan air. Sehingga ketika air di sungai tercemari tumpahan, PAM masih bisa menggunakan air cadangan yang tersimpan dalam Deep Tunnel. Namun, pembangunan deep tunnel dengan lima sampai enam lapisan itu membutuhkan biaya mahal dan resiko yang tinggi juga.
"bila dilihat dari kegunaannya seperti yang sudah disebutkan tadi dan juga bisa menaikkan harga diri bangsa indonesia yang mempunyai karya besar dari anak bangsa dalam hal menanggulangi banjir. Bandingkan dengan pembangunan Banjir Kanal Timur yang membutuhkan waktu hingga 38 tahun. Pada akhirnya pun kegunaannya tidak begitu signifikan," ujar Firdaus.
Komentar
Posting Komentar