Lika Liku Tiga Keluarga di Tiga Ruko ( Pintu Harmonika)


Rizal (kanan) dan Firdaus (kiri) ayah anak yang digambarkan hubungannya seperti seorang sahabat yang amat kompak dalam film Pintu Harmonika
Pemuda ini berotot, bisa dibilang tampan, seorang blogger terkenal dimana blognya dikunjungi banyak penggemarnya di dunia maya. Hal tersebut selaras dengan pengikutnya di jejaring sosial Twitter yang mencapai ratusan ribu. Pemuda penggemar Bruce Lee ini selalu menuliskan di blognya bahwa ayahnya sudah seperti menjadi sahabat baginya. Ayahnya gemar membawanya dalam perjalanan ke berbagai negara. Ia juga menceritakan, suatu sore ayahnya memanggilnya dan mengatakan bahwa hari itu juga mereka akan berangkat ke Kamboja, ayahnya ingin memperlihatkan Angkor Wat kepadanya.

Rizal (diperankan Fauzan Nasrul) dan Ayahnya, Firdaus (Diperankan Donny Damara) memang ayah anak yang kompak dan komunikasi keduanya seperti teman. Ibunya Rizal sudah meninggal, hingga ayahnya menjadi orang tua tunggal hingga kini Firdaus beranjak Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun, suatu ketika hubungan Rizal dan Firdaus agak merenggang sebagai ayah anak yang kompak. Rizal tidak mengakui ayahnya kepada Chyntia (Karina Salim) saat gadis cantik yang sedang dekat dengannya itu datang ke toko kue Angel yang tepat di samping rukonya. Chyntia melihat Rizal sedang mengangkat gas 12 Kg.

Firdaus yang membuka usaha toko kelontong di rukonya ini melihat dengan jelas anak kesayangannya tersebut tidak mengakui dirinya sebagai ayah. Rizal yang menuliskan di blognya bahwa dirinya seperti orang kelas atas yang bisa mendapatkan semua yang diinginkan sadar, bahwa dengan berbohong dan tidak menjadi diri sendiri akan berujung pada sebuah masalah besar. Akhirnya, ia memutuskan untuk meminta maaf kepada ayahnya dan ia bertekad untuk menjadi dirinya sendiri di dunia nyata maupun maya. Akhirnya ia menuliskan di blognya kisah hidupnya yang sesungguhnya, bahwa ia belum pernah ke luar negeri, paling jauh ke Bogor dan Bandung itu pun karena urusan keluarga. Setelah ia jujur tentang dirinya, akhirnya hubungannya dengan Chyntia yang sempat merenggang karena kebohongannya tersebut bisa kembali seperti sebelumnya.

Tetangga sebelah ruko toko kelontong Firdaus, ada ruko yang menjadi toko percetakan milik Niko (diperankan Barry Prima). Ayah dua orang anak ini mempunyai percetakan yang di beri nama Juni. Sesuai dengan nama anak pertamanya. Pada suatu pagi, Juni (diperankan Nasya Abigali) berangkat sekolah, ayahnya menitipkan brosur promosi percetakannya untuk minta bantu sebar di sekitar sekolahnya. Juni yang mungkin merasa malu melempar setumpuk brosur tersebut ke gerobak sampah.

Siang harinya, percetakan milik Niko didatangi Anton, seorang pengusaha yang ingin mencetak keperluannya di percetakan milik Niko tersebut. Namun, masalah terjadi di sekolah Juni, ketika Juni yang saat itu menjadi panitia Masa Orientasi Siswa (MOS) melakukan tindakan kekerasan terhadap salah seorang siswa baru. Ketika sekolah mengetahui tindakan Juni tersebut akhirnya ia dikenakan skor selama lima hari. Masalah bagi Juni ternyata tak sampai di sana, tapi berlanjut ketika anak yang dibullynya tersebut ternyata anak Anton yang sedang memberikan proyek percetakan cukup besar bagi Niko, ayahnya Juni. Lantas, mengetahui yang melakukan kekerasan pada anaknya ialah anak Niko. Anton pun memutuskan proyek percetakannya dengan Niko.

Selama lima hari di rumah, ternyata Juni mengalami hal yang tidak ia ketahui, permasalahan ayah dan ibunya soal keuangan. Awalnya Juni merasa dirinya tak disayang dan diperhatikan oleh ayahnya. Ia melihat ayahnya hanya selalu sibuk dipercetakannya tersebut. Suatu ketika ia mendengar perbincangan ayah dan ibunya mengenai masalah keuangan dan akhirnya ayahnya memutuskan untuk menutup usahanya dan menjual rukonya. Juni merasa sepertinya ada kesalahan cukup besar karenanya hingga semua ini terjadi.

Ia pun bercerita pada ibunya kalau ayahnya yang tak pernah cerita kepadanya makanya ia tak pernah tahu. Bahkan, Juni menyebutkan bahwa sebenarnya ayahnya tidak sayang pula padanya. Namun, Ibunya mengatakan pada Juni bahwa ayahnya itu sayang padanya hanya saja ia tidak tahu bagaimana cara mengekspresikannya. Memang Niko, ayah Juni ini hanya mengekspresikan sayang kepada anak pertamanya tersebut lewat nama toko percetakan yang menggunakan nama anak pertamanya tersebut dan piala Juni menang cerdas cermat yang dipajang di tokonya. Akhirnya Juni menyadari selama ini dirinya yang bersalah dan terlalu egois. Hubungan ayah anak ini pun membaik, akhirnya toko percetakan Niko tidak jadi bangkrut karena Juni meminta maaf kepada anak Anto atas sikapnya sewaktu MOS dan memberikan brosur kepada anaknya Anto agar melakukan pesanan percetakan di tempat ayahnya.

Ruko ketiga bertempat di sebelah Ruko toko kelontong Firdaus juga, Ruko ini dimiliki seorang ibu muda berumur sekitar 30 tahunan bernama Imelda (diperankan Jenny Zhang). Ia merupakan orang tua tunggal dari David (diperankan Adam Putra) yang membuka toko kue cukup laris lewat promosi di dunia maya. Namun, suatu hari ada kejadian yang membuatnya menghilangkan senyum kue malaikatnya (Nama toko kuenya toko kue Angel) sehingga banyak pesanan yang berkurang.  David harus meninggal dalam kecelakaan sepeda, saat pergi anak Imelda tersebut lupa memakai helm yang biasa ia pakai. Imelda baru sadar David tidak membawa helm sepedanya ketika ia telah berangkat.

Sebuah kehilangan yang luar biasa bagi Imelda, anak satu-satunya tersebut harus meninggalkannya. Imelda seperti depresi, setiap malam ia menyaksikan anaknya bermain piano di videonya. Orang tua tunggal ini masih belum rela anaknya tersebut harus meninggalkannya secepat ini. Suatu saat, Imelda memutuskan meminum cukup banyak obat, tampaknya ia ingin bunuh diri, ia menganggap dirinya sudah tak punya tujuan lagi. Namun, dalam kondisi sekarat, ia bangun dari tubuhnya yang lemah karena over dosis , ia meraih remote televisi yang biasa ia lihat video anaknya yang sudah meninggal itu bermain piano. Dalam video itu ia mengatakan pada anaknya jangan menyerah pada suatu yang sulit, harus berusaha karena pasti bisa melewati masa-masa sulit. Ia sadar, akhirnya ia memasukkan jarinya ke mulut untuk memuntahkan obat yang sudah diminumnya. Imelda selamat dan ia akhirnya dapat merelakan kepergian anaknya tersebut.

Tiga kisah tersebut cukup menarik, karena omnibus yang di garap oleh tiga sutradara yaitu Luna Maya, Ilya Sigma, dan Sigi Wimala ini dalam satu latar yaitu ruko. Kemudian, rukonya bukan beda tempat, tapi masih satu tempat dan bersebelahan. Jadi di sela-sela setiap kisah ada saja tokoh dari cerita lain muncul, karena memang keberadaan ruko tiga cerita ini bertetanggaan. Penggambaran suasana keluarga yang tinggal di ruko pun cukup kuat, dalam kisah ini semuanya digambarkan memiliki usaha. Karena memang dominan pemilik ruko pasti membuka usaha. Warna lain dari setiap kisah ini ialah masalah dalam keluarga. Luna Maya, sebagai produser dalam omnibus ini membuat tiga kisah mempunyai karakter yang berbeda satu sama lain tapi masih ada hubungan. Firdaus, sosok yang digambarkan ramah dan egaliter, sementara Niko digambarkan tokoh kaku dan anaknya Juni sempat membandingkan ayahnya dengan Firdaus yang ramah. Sementara Imelda, seorang gadis pendiam semenjak anaknya meninggal, tapi Firdaus yang seorang duda selalu menyapanya setiap pagi walau tak ada balasan. Selain itu, menariknya film ini yang berjudul Pintu Harmonika sudah menggambarkan latar yaitu ruko, karena pintu harmonika ialah pintu ruko. Mungkin, judulnya penuh makna tersirat dan tersurat yang menjelaskan isi keseluruhan film.

Setiap kisah pun memberikan poin tersendiri dalam kehidupan keluarga, kisah Firdaus dan Rizal memberikan poin bahwa hidup ini harus apa adanya dan jadilah diri sendiri karena hal tersebut akan membuat bahagia diri sendiri dan orang sekitar kita yang disayangi. Sementara kisah Niko dan Juni, memperlihatkan bahwa apa yang tak terlihat belum tentu seperti yang kita nilai. Juni menilai ayahnya tak pernah sayang padanya padahal ayahnya amat menyanyanginya lewat tindakan yang ia tak sadari. Terakhir kisah Imelda dan David, memberikan poin bahwa dalam hidup ini kita harus kerja keras untuk melewati masa-masa sulit. Dalam kisah Imelda yang berjudul 'Piano' ini pun ada sedikit kutipan menarik dari David, "Hidup ini seperti bermain piano, ada tuts putih dan tuts hitam, tuts putih adalah kondisi kebahagian dan tuts hitam adalah kondisi kesulitan, walau tuts hitam pertanda kesulitan, tapi ia tetap bisa membuat alunan nada yang indah. Walaupun kita dalam keadaan sulit, kesulitan itu sudah mewarnai dengan indah hidup kita.

Komentar