Tragedi 1966 (2) : Kisah Hubungan Semu Dua Negara


Juni 1966, Adam Malik sebagai Menteri Luar Negeri dan Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Wakil Perdana Menteri sektor Ekonomi mengirimkan surat kepada Presiden dan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS). Surat tersebut secara umum isinya tentang hal untuk memperbaiki hubungan antara Indonesia dan Amerika Serikat yang sempat renggang di era kepemimpinan Soekarno.

Hal secara khusus dalam surat tersebut juga membahas masalah bantuan darurat lebih lanjut kepada Indonesia, penjadwalan hutang multilateral, Bantuan jangka panjang serta beberapa bantuan kecil di bidang militer. Sebelum surat ini dikirimkan ke AS, negeri paman sam tersebut sudah memberikan bantuan kepada Indonesia dalam bentuk beras dan kapas berjumlah sekitar US$ 20 juta dalam program PL-480.

Bantuan tersebut diberikan setelah empat hari sebelumnya merupakan pelantikan Adam Malik dan Sultan Hamengkubuwono IX sebagai asisten Soeharto. Saat pelantikan tersebut, Adam Malik mengumumkan bahwa Indonesia akan meninjau kebijakan-kebijakan luar negeri dengan fokus lebih ke perluasan kerjasama internasional sebanyak mungkin dan kegiatan politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan, keikutsertaan dalam organisasi-organisasi internasional dan pemecahan masalah atas konflik dengan Malaysia secara damai.

Sementara dalam pelantikan Sultan HB IX sebagai Wakil Perdana Menteri bidang ekonomi, sang Sultan mengumumkan bahwa Indonesia akan mengusahakan penundaan dan penjadwalan kembali pembayaran hutang dan mencari bantuan luar negeri yang baru tanpa ikatan-ikatan politik. Selanjutnya, untuk merealisasikan apa yang diucapkannya saat ia dilantik, Adam Malik berbicara di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tentang rencana memperbaiki hubungan antara Indonesia dan AS.

Seminggu kemudian, untuk realisasi rencana Adam Malik dan Sultan HB IX, Indonesia mengirimkan tim yang dipimpin oleh Umaryadi Nyowiyono ke beberapa negara Eropa untuk mengusahakan penjadwalan ulang mengenai tenggat waktu hutang dan kredit baru. Lalu di akhir bulan Mei 1966, Sultan HB memimpin tim ke Jepang dengan tujuan sama seperti tim Umaryadi.

Hasilnya saat itu Jepang setuju mengadakan suatu konferensi untuk para kreditor Indonesia membicarakan kembali pembayaran hutangnya. Misi-misi lainnya ialah dilakukan untuk bisa menyelesaikan konflik dengan Malaysia secara damai. Untuk masalah konflik dengan Malaysia, Indonesia yang menurut para pemimpin saat itu membutuhkan bantuan AS mau tidak mau harus secepatnya menyelesaikan konflik dengan negeri serumpun itu agar bisa menarik perhatian AS.

Hasilnya pada 11 Agustus 1966 ketika konflik antara Indonesia-Malaysia berakhir damai dan hubungan Indonesia dengan negara-negara blok barat pun semakin baik dan dekat. Presiden AS, Johnson menerima memorandum dari Departemen Luar Negeri AS. Memorandum tersebut berisi tentang informasi perkembangan baik Indonesia yang telah menyelesaikan konflik dengan Malaysia secara damai dan perubahan haluan politik lebih ke blok barat. Dari Memorandum tersebut, AS pun mulai menggelontorkan kredit kepada Indonesia hingga mencapai US$ 40 juta. Selain bidang ekonomi, hubungan bilateral antara AS dan Indonesia pun menjadi semakin baik, walau diragukan apakah ada hubungan mutualisme diantara kedua negara.

Komentar